“Wati adalah seorang pegawai disebuah pabrik pengolahan daging yang telah bekerja hampir 20 tahun diperusahaan tersebut, ia bertugas sebagai pengontrol stok, tugas nya memastikan bahwa sisa fisik bahan baku daging yang belum diolah sama dengan yang tertulis di system kontrolnya. So, dalam hal ini Wati perlu untuk melakukan pengecekan di ruang penyimpanan daging dengan suhu dibawah nol derajat. Ruangan tersebut didesain tidak dapat dibuka dari dalam ruangan, hanya bisa dari luar. Dan sore itu adalah akhir pekan dimana besoknya merupakan hari minggu(libur), tiba tiba ketika Wati masuk dalam ruangan tersebut, pintu tertutup! dan tentu sebagaimana tidak bisa dibuka dari dalam, Wati hanya bisa berharap ada pegawai yang masih tersisa dari 100an pegawai yang ada di pabrik itu, melihat ke jendela kecil yang ada di daun pintu, Wati tau persis jikapun berteriak tidak akan ada yang dapat mendengar karena ruangan itu kedap suara. Wati tersadar, seingatnya, pada saat menuju ruang penyimpanan tidak ada seorang pun di dalam gedung pabrik, kecuali dipintu depan gedung yaitu Wawan , penjaga keamanan yang sudah sangat senior. Dalam kondisi kedingan yang terus menembus kulit, Wati hanya berdoa, jikalah Tuhan akan memanggilnya hari ini maka….. , belum selesai doanya, tiba tiba saja pintu terbuka, dan Wati berlari tergopoh menuju luar ruang dan duduk sementara mengatur nafas dan ketegangan yang luar biasa. Setelah dirasa tenang dan menerima secangkir air minum hangat dari Wawan, Wati bertanya kemudian..”Pa Wawan,kok tau saya ada didalem ? “
“ akan kuceritakan bu, minumlah dahulu ” jawab Wawan , Wati tak sabar dengan Tanya “bagaimana pa?” , “ ..Bu Wati, saya bekerja lebih dari 25 tahun diperusahaan ini dan mengawasi ratusan pegawai masuk dan keluar disetiap pagi dan sore, dan tahukah ibu? Dari ratusan pegawai itu, hanya ibu yang mengucapkan “Selamat pagi Pa Wawan..” di pagi hari dan “mari pa Wawan pulang dulu”.. disore hari … hanya ibu…, itu mungkin kecil dan hal yang ringan untuk dilakukan oleh bu Wati, namun bagi saya sangat besar sekali artinya, membuat saya merasa menjadi manusia seutuhnya, bukan robot pengawas yang tak memiliki Mata , Telinga, dan Hati.” .. Wati memotong kembali “Lalu? Apa hubungannya? Dengan membukakan pintu sore ini?” , Wawan menjawab sambil berdiri dari posisi duduknya dan bersiap untuk kembali ke Pos Penjagaan “ Bu Wati, sore ini saya tidak mendapatkan ibu menyapa saya untuk pamit pulang” dari ibu… “
Mitra TSI yang baik , dari cerita tersebut, mari kita refleksikan diri kita, apakah kita sering melupakan hal – hal kecil yang sederhana seperti menyapa dengan ramah orang – orang disekitar kita ? . Dan yang menjadi penting ketika kita tahu bahwa hal – hal dan kebiasaan kecil itu justru yang menyelamatkan hidup kita…
Kita juga teringat kisah seorang (maaf) pelacur yang memberikan air minum kepada seekor anjing yang teramat sangat kehausan dan dikisahkan di berakhir di syurga.
Apa yang kita lakukan seperti : memperkenalkan manfaat produk TSI maupun manfaat bisnis TSI kepada orang – orang terdekat atau kepada siapapun yang kita temui bisa jadi merupakan sesuatu yang remeh temeh, namun, bisa jadi dengan melakukannya secara terus menerus, kita mendapatkan manfaat yang sangat besar, bahkan terbukti seperti yang kita tahu bersama salah satu mitra TSI : bpk Endang Aap (Alm) , telah mewariskan suatu penghasilan yang lebih dari cukup kepada keluarganya.
Meremehkan dan melalaikan hal kecil, berdampak pada terlewatkannya kesempatan memetik hasil nya dimasa yang akan datang, bukankah semua pohon besar pun seianya merupakan dari sebutir biji benih ?